“Huaaahhhh musim hujan sudah datang, pesta pun akan segera dimulai. Kira-kira santapan yang seperti apa yang akan kunikmati malam ini. Bahagianya hatiku bila malam kan menjelang karena its party time…. Hehehe…. Walau di pagi hari aku tetap dapat menikmati buruanku dengan enaknya, namun tetap tidak senikmat saat malam hari. Karena di malam ini ku bisa dengan menikmati jamuan makan malam tanpa perlawanan. Nah itu dia buruanku malam ini…. Mmmm yummy…. Lezatnya makan malamku hari ini.” Begitulah tuan nyamuk menikmati hidupnya.
Lain lagi dengan tuan lebah… “Yeee….. pagi menjelang…. Aku bebas terbang berkelana ke seluruh penjuru dunia. Menikmati serbuk-serbuk yang dihasilkan oleh para bunga. Begitu kuhirup bunga-bunga itu semakin indah dengan pesonanya yang menakjubkan. Aku terus berkeliling mencari bunga-bunga yang sedang menunggu kehadiranku. Zzzzzzzzzztttttt tak terasa tubuhku sudah penuh dengan serbuk sari. Its time to go home.. ya saatnya untukku kembali ke sarang.”
Kita tahu bahwa tuan nyamuk maupun tuan lebah sama-sama banyak pekerjaan. Dua-duanya punya alasan sendiri mengapa mereka diciptakan. Mereka juga selalu sibuk. Tetapi, pada akhirnya, apa yang keduanya hasilkan?
Aku teringat dengan ungkapan Mary O’Connor yang kubaca dalam salah satu buku kesukaanku; ia memberi petunjuk :
“Sebenarnya masalahnya bukan sesibuk apa kalian, melainkan untuk apa kalian sibuk. Si lebah di puji. Si nyamuk ditepuk…”
Ungkapan yang cukup menarik bukan? Bagaimana tuan lebah bisa di puji sedangkan tuan nyamuk ditepuk? Keduanya memang berbeda, beda dengan usaha serta apa yang mereka hasilkan. Jika tuan lebah dapat berguna serta menghasilkan banyak sekali keuntungan dalam setiap tindakan mereka. Sedangkan nasib si tuan nyamuk harus berakhir dengan kematian dalam setiap tindakan mereka dan apa hasilnya?
“Demi masa. Sungguh, manusia dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan melakukan amal kebaikan, saling menasehati supaya mengikuti kebenaran, saling menasehati supaya mengamalkan kesabaran. "(Al-Ashr:103)
Sungguh, manusia dalam kerugian. Dan apakah aku termasuk didalamnya? Apakah akulah si tuan nyamuk yang selalu sibuk dengan urusanku sendiri namun hanya sia-sia yang kudapati. Hingga akhir kehidupanku, aku dapati tiada kebaikan yang dapat ku hasilkan. Aku ini mungkin bukan hanya sudah membuang-buang waktu yang pernah kupunya melainkan lebih buruk lagi.
Abdullah bin Abbas meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad (SAW) pernah berkata, “Ada dua karunia yang dilewatkan banyak orang, yaitu kesehatan dan waktu bebas untuk berbuat kebaikan”
Astaghfirullah, sepertinya aku harus belajar banyak pada Tn Lebah, bagaimana makhluk hidup itu sejak terlahir sudah memahami seluruh tugas yang menjadi tanggung jawabnya? Bagaimana seekor lebah, yang 4 atau 5 hari sebelumnya adalah larva, dapat berpikir dan merencanakan segala tugasnya tersebut? Bagaimana tubuhnya dapat dengan tiba–tiba menghasilkan lilin dan berubah menjadi pekerja konstruksi? Padahal konstruksi bangunan ini didasarkan pada penghitungan rumit dan sangat tepat, yang tak akan mampu dilakukan oleh manusia sekalipun.
Ya Allah selama ini aku mengira bahwa Tn waktulah yang cemburu padaku. Padahal bukankah Allah telah memberikan kita waktu yang sama yaitu 24 jam sehari, 7 hari seminggu. lalu mengapa aku seolah kejar-kejaran dengan waktu untuk menyelesaikan tanggung jawabku.
Bukankah seharusnya aku bisa berjalan dengan serasi dengan waktu jika aku mampu mengoptimalkan dan potensi yang kumiliki untuk memberi yang terbaik. Ya sekarang aku mengerti. Bukan karena sang waktu, namun tujuan dan keyakinan yang jelaslah yang menjadikan Tn Lebah dipuji atas usaha mereka, dan bukanlah ditepuk. Dan aku akan berusaha untuk terbang dengan serasi dengan sang waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar